Rabu, 23 Januari 2008

Ciri bangunan Tropis


Mungkin untuk sebagian orang kata Tropis tidak asing lagi, karena Tropis merupakan suatu gambaran keadaan posisi negara kita yang memiliki 2 musim (Hujan dan Kemarau). Jika kita perhatikan lebih seksama terhadap bangunan-bangunan tradisional kita yang beranekaragam dari sabang hingga merauke, kita akan kagum terhadap hasil karya para perancangnya. Kita yakin saat itu pasti belum ada yang namanya pendidikan tentang bangunan atau sejenisnya.
Tapi kita patut acungkan jempol, karena nenek moyang kita dapat menerapkan konsep bangunan yang begitu maksimal terhadap bangunan-bangunannya. Mereka amat memperhatikan kondisi lingkungan sekitarnya, bukan hanya faktor kenyamanan saja tapi nilai estetika bisa kita rasakan dibeberapa sudut ruang baik interior atau eksteriornya.
Bahan yang digunakan juga kalau kita perhatikan sepertinya hasil pilihan yang terbaik yang ada di daerahnya. Teknis pengerjaan sangat dituntut ketelitian dan keahlian. Pemilihan warna yang sepertinya tetap konsisten dengan warna-warna alam. Urutan ruang terbentuk akibat aktivitas sipemilik bangunan tersebut, demikian pula dengan tinggi rendahnya ruang ini sangat berkaitan dengan kondisi sipemilik saat itu.

Jika kita simpulkan dari hal-hal diatas, sebenarnya bangunan tradisional kita adalah acuan yang paling sesuai untuk menggambarkan bagaimana bangunan Tropis itu.
1. Atap yang sebagian besar berbentuk runcing keatas, walaupun ada pula yang melengkung.
2. Memiliki overstek, yang berfungsi untuk menjaga tempias dan cahaya berlebihan.
3. Banyak bukaan-bukaan, baik jendela atau lobang-lobang angin.
4. Banyak menggunakan material alam, seperti: Kayu, Batu, bambu, dll.
5. Dinding, Lantai, dll biasanya menggunakan warna-warna alam.
6. Tumbuh-tumbuhan, Air, dll disekitar bangunan sedapat mungkin didesain agar menjadi satu kesatuan dengan bangunan.
7. Ukuran dan tataruang bangunan disesuai dengan kebutuhan.
8. Memaksimalkan pengudaraan dan pencahayaan alami.

Dari ciri diatas, pantaslah apabila gaya bangunan tersebut dikatakan paling abadi dan paling sesuai dengan bangunan masyarakat indonesia pada khususnya.

Minggu, 13 Januari 2008

TREND ARSITEKTUR INDONESIA

Gaya Arsitektur untuk bangunan-bangunan komersial dan non komersial di Indonesia pada umumnya di era tahun 2007 sampai saat ini, apabila kita perhatikan terutama di pusat-pusat kota besar, maka kita akan dapat menyimpulkan bahwa Trend atau kesukaan pasar pada masa tersebut banyak mengarah kepada gaya yang dielu-elukan para perancang bangunan yaitu sebagai Arsitektur Minimalis.
Sayangnya Gaya Arsitektur Minimalis ini banyak orang yang menyalah artikan, sehingga pada kenyataannya membiaskan gaya arsitektur yang memang memiliki ciri atau karakter sendiri, karena banyak orang yang medefinisikan Arsitektur Minimalis itu dari sekedar warna dan ornamen yang digunakan, contoh: warna abu-abu, motif garis-garis horizontal, genteng tipe flat, kusen gundul, dll.
Memang ciri ini tidak salah, namun ciri ini sebenarnya kalau kita coba telusuri bersama maka kita pada akhirnya akan menganggap bahwa arsitektur minimalis itu sebagai kesimpulan semua gaya arsitektur. Karena bisa saja Gaya Arsitektur Jawa misalnya, apa bila diberi sentuhan warna dan ornamen yang tadi disebutkan, maka kita akan menganggap itu adalah arsitektur minimalis.